Spesies Kuda Laut Mini Ditemukan

Senin, 21 Februari 2011
 
Spesies Baru
Spesies baru kuda laut berhasil ditemukan. Kuda laut ini unik sebab berukuran hanya beberapa milimeter. Selain itu,  spesies baru ini juga tidak memiliki struktur sirip di bagian dorsal atau punggung.Spesies baru kuda laut ini dinamai Hippocampus paradoxus. Keberadaannya baru disadari setelah spesimen kuncinya disimpan lebih dari satu dasawarsa di South Australian Museum di Adelaide.
Ralph Foster, manajer koleksi di museum tersebut, mengatakan, "Spesies ini diketahui dari sebuah spesimen yang telah berada di museum sejak 1995. Saya menemukannya di rak pada 2006 dan menyadari ada yang tidak biasa."
Foster kemudian menganalisis dengan menggunakan CT Scan untuk mendapatkan citra tiga dimensi rangka hewan itu. Cara ini biasa digunakan ilmuwan untuk menentukan karakteristik taksonomi penting berdasarkan sistem rangkanya.
Setelah menganalisis, Foster menentukan bahwa spesimen tersebut memang spesies baru kuda laut. Spesies ini unik sebab berukuran mini, hanya beberapa milimeter, serta tidak memiliki sirip dorsal atau punggung.
"Penelitian membedakan dengan jelas spesimen dari semua spesies kuda laut yang ada," kata Foster. Karena itu, spesies ini dinamai paradoxus sebab ciri-cirinya aneh dan kontradiktif dengan spesies-spesies lain.
"Spesies ini mungkin tidak pernah atau setidaknya jarang ditemukan sebelumnya," tutur Foster. Hal itu mungkin berkaitan dengan habitat spesies yang terpencil ataupun minimnya survei.
Kedalaman tempat spesimen ini ditemukan termasuk zona Mesophotic. Zona tersebut biasanya di luar jangkauan scuba diver, yang biasanya menjadi pihak pertama yang mengetahui kemungkinan adanya spesies baru.
"Dugaan saya, kemungkinan spesies ini umum pada habitat pilihannya. Namun, dibutuhkan syarat-syarat sangat spesifik untuk membuatnya terdistribusi merata, kecuali Anda menemukan habitat tepat," ucap Foster.
Saat ini telah ditemukan 230.000 jenis kehidupan laut, termasuk kuda laut. Jumlah tersebut diperkirakan hanya 30 persen jumlah sebenarnya. Ilmuwan menduga banyak spesies akan punah sebelum ditemukan sebab banyak laut telah dirusak.
"Kuda laut adalah hewan yang sangat sensitif terhadap polusi dan kerusakan habitat. Bisa jadi jenis yang baru diidentifikasi sudah punah dari alam liar," kata Chris Brown dari Weymouth Sea Life Park.

Mangrove Kalimantan Selatan Terancam

Penebangan pohon mangrove untuk keperluan bahan bangunan oleh masyarakat menjadi ancaman utama kerusakan mangrove di Kalimantan Selatan . Saat ini masih banyak masyarakat menebang pohon mangrove berdiameter di atas 30 sentimeter untuk dijadikan tiang dan papan rumah.Menurut Kepala Badan Lingkungan Hidup Daerah Kalsel Rakhmadi Kurdi, Senin (21/2/2011) di Banjarmasin, kerusakan mangrove terjadi pada sejumlah titik di pesisir Kalimantan, baik di pulau besar maupun pulau-pulau kecil. Garis pantai Kalsel memanjang sejauh 500 kilometer dari Kabupaten Baritokuala hingga Kotabaru. Luas kawasan mangrove di Kalsel diperkirakan lebih dari 100.000 hektar dan tersebar di lima kabupaten, yakni Kotabaru, Tanahbambu, Tanahlaut, Banjar, dan Baritokuala.
Menurut Rakhmadi, penelitian secara menyeluruh tentang kerusakan mangrove di Kalsel belum ada. Namun, sejauh ini daerah-daerah yang mengalami kerusakan sudah bisa diketahui, antara lain di Aluh-aluh, Kabupaten Banjar dan Kualalapuk di Kabupaten Barito Kuala.
Rakhmadi juga menyoroti keberadaan pelabuhan khusus (pelsus) batubara dan kelapa sawit yang juga memiliki andil besar dalam perusakan mangrove. Tahun 2010 ada 10 pelsus batubara di dalam kawasan hutan dan konservasi yang ditutup karena merusak mangrove.
Kepala Bidang Rehabilitas Lahan dan Hutan Dinas Kehutanan Kalsel, Nafarin mengatakan, dibanding setahun lalu kerusakan mangrove di Kalsel saat ini makin meluas. "Memang ada sejumlah pelsus yang merusak. Kami juga sudah menanganinya," ujarnya.
Selain pelsus, kata Nafarin, kerusakan ini disebabkan oleh kebuKerusakan mangrove di Kalsel juga belum diimbangi upaya penanaman kembali yang memadai. Kondisi antara lain terjadi di Pulau Kaget di tengah Sungai Barito, yang sejak 2008 baru ditanam sekitar 5.000 pohon. Padahal sekitar 50 persen atau 42 hektar dari total luas pulau yang mencapai 85 hektar itu, kini sudah menjadi areal pertanian. Sisanya masih berupa mangrove dan menjadi habitat sekitar 100 ekor bekantan.tuhan tambak ikan oleh masyarakat. Para pembuat tambak umumnya menebangi mangrove. Padahal, mereka bisa memelihara ikan di sela-sela tanaman mangrove.                                                                                  

Pilah Sampah agar Harga Lebih Tinggi


Ilustrasi kerajinan dari sampah



Program pengelolaan sampah yang dilakukan di Malaka Sari, Duren Sawit, Jakarta Timur telah berjalan lewat Koperasi Bank Sampah Merah Delima. Lewat unit tersebut, selain diajak untuk mengelola sampah warga juga diajak untuk mendayagunakan sampah sehingga mendapat keuntungan ekonomi.
Agar bisa meningkatkan harga jual sampah, koperasi di Malaka Sari punya trik. Prakoso, fasilitator pengelolaan sampah setempat, mengajak warga untuk memilah sampah lebih spesifik. "Misalnya botol, kita coba agar botol air mineral itu bisa dimanfaatkan semuanya dengan dipilah," kata Prakoso sata ditemui Senin (21/2/2011).
"Kita pisahkan antara botol, tutup dan labelnya. Kalau dipisahkan harga jualnya lebih tinggi," lanjut Prakoso. Ia mengatakan, jika dipilah, botol air mineral saja bisa menghasilkan Rp 4.500 per kilogram, sementara kemasan air mineral gelas bisa menghasilkan Rp 5.000 per kilogram.
Sejauh ini telah ada beberapa pihak yang siap menerima akumulasi sampah dari warga. Label kemasan misalnya, bisa ditampung oleh perusahaan semen. Sementara, kemasan botol dan gelas bisa dijual ke lapak sampah di wilayah Jakarta Timur. Sampah anorganik lain dibuat menjadi kerajinan tas.
Untuk sampah organik, koperasi dan warga mengelolanya dalam unit kompos. Mursih, salah satu warga mengatakan bahwa bahan baku kompos bisa bersumber dari sayuran mentah yang tak bisa dimasak maupun sisa makanan yang telah dibersihkan. Bahan baku itu dikumpulkan di penampungan yang tersedia.
"Untuk 30 rumah punya 3 tong. Itu kalau ada sisa sayuran ya kita masukkan saja di situ. Nanti akan ditambah campuran yang membantu fermentasi," kata Mursih. Kompos yang dihasilkan bisa dimanfaatkan warga untuk membantu penghijauan wilayah setempat  dan dijual.
Menurut Prakoso, pembuatan kompos di wilayah memerlukan 5 orang tenaga kerja. "Total biaya produksi kompos sekitar 800 ribu per bulan. Kita untuk satu bulan bisa dapat keuntungan bersih sekitar 400-500 ribu rupiah," papar Prakoso. Kompos sendiri bisa dipasarkan di BPLHD.
Keuntungan yang dihasilkan dari kompos bisa dimanfaatkan untuk kepentingan warga sendiri. "Misalnya kalau ada warga yang membutuhkan atau sedang terkena musibah, bisa kita manfaatkan," kata Prakoso. Warga juga bisa mendapat penghasilan dari sampah yang dikumpulkan di koperasi.
Sejauh ini, salah satu kendala yang dihadapi adalah naik turunnya harga komoditas sampah. Sampah kardus misalnya, harganya bisa anjlok di waktu tertentu. Sementara, kemasan mi instan dan tas plastik harganya relatif rendah. Perlu solusi sehingga komoditas masyarakat tersebut bisa menguntungakan warga .